PSIKOEDUKASI MENGENAL DEPRESI SEBAGAI UPAYA PREVENTIF GANGGUAN KESEHATAN MENTAL PADA REMAJA DI SMA BATIK 1 SURAKARTA
Abstract
Masa remaja merupakan periode perkembangan yang penuh dinamika, ditandai dengan perubahan fisik, emosional, dan sosial yang cepat. Perubahan ini sering kali membuat remaja rentan terhadap gangguan kesehatan mental, salah satunya adalah depresi. Depresi pada remaja bukan sekadar rasa sedih sesaat, melainkan kondisi psikologis serius yang dapat mengganggu fungsi sehari-hari dan dalam kasus tertentu menimbulkan pikiran menyakiti diri sendiri bahkan bunuh diri. Sayangnya, gejala depresi sering kali tidak dikenali karena dianggap sebagai bagian dari fase normal remaja. Kondisi ini menegaskan perlunya upaya preventif sejak dini melalui peningkatan kesadaran dan pemahaman tentang kesehatan mental. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang depresi melalui psikoedukasi sebagai upaya preventif gangguan kesehatan mental. Kegiatan dilaksanakan di SMA Batik 1 Surakarta dengan melibatkan 31 siswa kelas X. Program dibagi menjadi dua sesi utama, yaitu sesi psikoedukasi berupa penyampaian materi tentang definisi, gejala, penyebab, dan dampak depresi, serta sesi sharing interaktif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat, bertanya, dan berbagi pengalaman pribadi terkait tekanan emosional. Hasil kegiatan menunjukkan adanya antusiasme tinggi dari para peserta. Siswa aktif mendengarkan, mengajukan pertanyaan, dan beberapa berani membagikan pengalaman pribadi terkait tekanan akademik, konflik keluarga, maupun perasaan kesepian. Hal ini menunjukkan bahwa psikoedukasi mampu menciptakan ruang psikologis yang aman di mana siswa merasa didukung dan dipahami. Selain itu, kegiatan ini membantu mengurangi stigma, meningkatkan kesadaran, serta mendorong keterbukaan siswa terhadap isu kesehatan mental. Berdasarkan refleksi tertulis di akhir sesi, mayoritas siswa menyatakan memperoleh pemahaman baru mengenai depresi, menyadari pentingnya mencari bantuan, serta merasa lebih lega setelah mengekspresikan perasaan. Dengan demikian, kegiatan ini membuktikan bahwa psikoedukasi efektif sebagai strategi preventif dalam menjaga kesehatan mental remaja. Psikoedukasi tidak hanya meningkatkan pemahaman kognitif, tetapi juga berkontribusi terhadap pelepasan emosional dan penguatan dukungan sosial teman sebaya. Sekolah dapat mengadopsi pendekatan serupa untuk membangun lingkungan yang ramah kesehatan mental, yang mendukung keterbukaan dan ketangguhan siswa. Keberhasilan program ini menegaskan perlunya kolaborasi berkelanjutan antara sekolah, guru BK, dan profesional kesehatan mental untuk mendukung kesejahteraan remaja.