Konsep Happenstance Learning Untuk Pemecahan Masalah Bimbingan Karir di Sekolah

  • MUH YUSUF

Abstract

Dunia  pendidikan kita pernah mengenal Kurikulum 1968 yang dikenal dengan sebutan  “Subject Centered curriculum“ Pendidikannya bersifat berat sebelah  karena  mengutamakan salah satu aspek  kognitif saja. Oleh karena itu pendidikannya dicap  sebagai pendidikan yang bersifat intelektualistis. Kurikulum 1968 diganti dengan kurikulum 1975, yaitu kurikulum yang bersifat “Goal Centered Curriculum “ kurikulum yang bertujuan pada tujuan instruksional.

Kurikulum 1975 diganti dengan kurikulum 1984.   Kurikulum yang   sarat muatan, banyak mata pelajaran dan materi yang harus dipelajari oleh peserta didik. Banyaknya mata pelajaran   belum menunjukkan hubungan antara yang satu dengan yang lain.   Mata pelajaran yang satu terpisah dengan mata pelajaran yang lain, dengan kata lain masih menjadi pengkotak-kotakan pengetahuan. Pengorganisasian kurikulum semacam ini terkenal dengan sebutan “separated Subject Curriculum “,akibat yang terjadi dari kurikulum ini adalah menimbulkan kecenderungan pengajar diburu target materi. Tahun 2004 lahir Kurikulum berbasis kompetensi, yang kemudian disempurnakan  2006 dengan Kurikulun Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap kurikulum selama ini.

Memasuki tahun 2013 Mendikbud atas nama pemerintah akan memberlakukan kurikulum baru 2013 mulai tahun ajaran baru 2013/2014. Orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Salah satu  alasan diberlakukannya  Kurikulum 2013 adalah   Perubahan proses pembelajaran  dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu  dan proses penilaian  dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output .

Beberapa hal yang perlu diantisipasi pada kurikulum 2013 ini, terutama mengenai istilah kompetensi inti dan kompetensi dasar.  istilah SK-KD ini akan digantikan menjadi Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar.  Kompetensi Inti merupakan  operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.

Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan: (kompetensi inti 1 Sikap keagamaan), (kompetensi 2Sikap sosial), (kompetensi inti 3 Pengetahuan), (kompetensi 4 Penerapan pengetahuan). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4).Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran

 

Author Biography

MUH YUSUF
FKIP-POK UTP SKA
Published
2013-01-01
How to Cite
YUSUF, M. (2013). Konsep Happenstance Learning Untuk Pemecahan Masalah Bimbingan Karir di Sekolah. Jurnal Ilmiah Spirit, 13(1). https://doi.org/10.36728/jis.v13i1.258