KUALITAS PENERANGAN ALAMI BANGUNAN GEREJA BLENDUK SEMARANG

  • Dwi Suci Lestari

Abstract

Beberapa bangunan kuno peninggalan Kolonial Belanda,  seringkali menunjukkan upaya pemanfaatan faktor–faktor  iklim seperti matahari dan  angin dalam konteks iklim tropis lembab di Indonesia dengan baik, meskipun arsiteknya berasal dari negara beriklim empat musim. Seperti dalam tata letak membujur utara-selatan beserta selasar depannya untuk mengurangi panas matahari. Namun, tak jarang, membawa kebiasaan mereka, membuat bukaan dinding (pintu dan jendela) yang  berukuran lubang tinggi vertikal hampir ke plafondnya yang tinggi pula dalam rangka mendapatkan penerangan alami cukup. Mengingat seumumnya kavling di negaranya berlebar sempit, sangat panjang ke dalam, dan berpenataan close-plan. Melalui kasus  bangunan kuno peribadahan umat Katolik berlantai dua Gereja Blendhuk di Semarang penelitian ini dilakukan; bertujuan untuk mengungkapkan kualitas penerangan alaminya. Metode penelitian berpendekatan kombinasi antara kualitatif (menggunakan teori) dan  kuantitatif (menggunakan alat pengukur penerangan  lux meter). Jendela lantai bawahnya berkaca timah, dan pada lantai atas: jendela jungkit. Hasil penelitian, luas bukaan  untuk  penerangan sudah memenuhi persyaratan,  kekuatan penerangan  alami pada ruang dalampun memenuhi, serta kedalaman ruang yang dapat dijangkau penerangan alami juga terpenuhi. Dengan demikian desain penerangan alami pada bangunan Gereja Blenduk, sesuai dengan kriteria penerangan alami.

Author Biography

Dwi Suci Lestari
FT UTP SKA
Published
2012-05-31
How to Cite
Lestari, D. S. (2012). KUALITAS PENERANGAN ALAMI BANGUNAN GEREJA BLENDUK SEMARANG. Jurnal Teknik Sipil Dan Arsitektur, 8(12A). Retrieved from http://ejournal.utp.ac.id/index.php/JTSA/article/view/21