PEMBERDAYAAN BANK SAMPAH DAN APOTEK HIDUP UNTUK CEGAH STUNTING DI DESA JAYAKARTA
Abstract
Stunting masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia, termasuk di Kabupaten Bengkulu Tengah yang memiliki prevalensi 23,2% pada tahun 2024. Desa Jayakarta ditetapkan sebagai lokus audit kasus stunting dengan permasalahan utama berupa rendahnya kesadaran pengelolaan sampah rumah tangga dan belum optimalnya pemanfaatan lahan pekarangan keluarga. Program pengabdian ini bertujuan untuk mengoptimalkan peran keluarga dalam menciptakan lingkungan sehat melalui dua intervensi: (1) pembentukan bank sampah berbasis bambu dan (2) pemanfaatan lahan kosong sebagai apotek hidup. Metode pelaksanaan menggunakan pendekatan pelatihan, pendampingan, dan partisipatif, disertai monitoring dan evaluasi dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa kedua program tidak berkelanjutan. Bank sampah tidak dimanfaatkan oleh warga karena mayoritas masyarakat lebih berfokus pada pekerjaan di perkebunan, sedangkan apotek hidup beralih fungsi menjadi lahan penanaman sayuran yang lebih sesuai dengan kebutuhan pangan harian. Temuan ilmiah yang diperoleh adalah bahwa keberhasilan pengabdian tidak ditentukan oleh penyediaan sarana fisik semata, melainkan oleh kesesuaian intervensi dengan konteks sosial-ekonomi masyarakat. Dengan demikian, meskipun tujuan awal pencegahan stunting melalui lingkungan sehat belum tercapai optimal, kegiatan ini memberikan wawasan penting mengenai perlunya desain program yang kontekstual dan berorientasi pada kebutuhan nyata masyarakat. Program lanjutan disarankan untuk mengembangkan kebun gizi keluarga dan mengintegrasikan bank sampah dengan insentif ekonomi agar lebih berkelanjutan.
